Pages

My Blog List

Thursday, November 13, 2008

Makanan Favorit






Wisang dan Nisrin sudah bisa menentukan seleranya sendiri sekarang. Termasuk masalah makanan. Ini yang bikin ibu pusing. Karena dalam sehari ibu harus memasak 3 kali, pagi (kalo yang ini cuma yang simple2 aja sih...andalan Wisang adalah telur ceplok plus kecap untuk sarapan..hehehe...), siang dan malam untuk ayah. Well, kadang2 untuk makan malam ayah sih yang masak, kecuali kalo ayah les spanish, 2 kali seminggu, karena les spanish ayah mulai jam 18.30 sampai jam 20.00. Plus bikin roti tawar seminggu dua kali untuk sarapan ayah dan marmalade (yang ini kalo niat). Sebenarnya untuk Wisang sudah makan siang di sekolah, tapi teuteup, pulang sekolah seringkali masih minta makan siang.


Waktu ibu tanya: "Lho, mas Wisang tadi di sekolah belum makan?". "Sudah sih, tapi maem di rumah lebih ueeeenaakkk...", jawab mas Wisang dengan mulut penuh nasi. Hehehe...


Jadi, ibu tetap harus sedia makan siang buat mas Wisang. Favorit mas Wisang dan adek Nisrin adalah soto ayam, sayur bayam, sayur sop. Lauknya udang atau ayam goreng tepung. Kadang-kadang sih mereka mau makan opor (yang sudah ibu campur wortel, kentang dan green peas atau buncis, hihihi..). Tapi adek Nisrin punya favorit yang lain, salmon steak, yang juga favorit ayah. Hmm...mereka juga mau sih makan pasta, spaghetti bolognese terutama atau pake saus putih yang dicampur ayam atau udang.



Sebenarnya mas Wisang dan adek Nisrin bukan tipe yang susah banget makan. Soalnya sejak kecil ibu membiasakan mereka makan apa aja. Sehingga mereka nggak pilih-pilih masalah makanan, kalo ada yang baru pun mereka mau nyobain. Terutama sayuran dan ikan (karena ayah hobi banget makan ikan, jadi hampir setiap hari kita makan ikan). Nggak boleh menolak, kalo berani bilang tidak, ibu bakalan duduk sambil melototin mereka sampai mereka selesai makan (pokoknya maksa deh intinya...hehehe...).


Adek Nisrin juga hobi banget makan buah. Hampir semuanya deh. Terutama strawberry, anggur, jeruk, apel, dan pear. Untuk mas Wisang ditambah pisang. Kadang-kadang malah mas Wisang bawa bekal buah buat ke sekolah. Kalo makan apel dan pear, mereka selalu minta dikupas dan dipotong-potong dulu, trus ditaruh di mangkuk masing-masing. Kadang-kadang punya dek Nisrin sudah habis duluan, dan dek Nisrin bakalan nyuri-nyuri punya mas Wisang. Kalo udah gini, yang ada perang deh. Ribut, teriak, dan akhirnya salah satu (ato bahkan kadang keduanya) nangis. Ibuuuuuu......!!!! Hehehe....


Kadang-kadang, pas weekend dan lagi rajin, ayah bikin pizza, yang hmmm...yummy. Mas Wisang dan adek juga lumayan suka. Adek malah kadang-kadang cuma nyomotin olive-nya aja. Sementara mas Wisang malah menyisihkan semua olive yang ada di potongan pizza-nya....

Tuesday, November 4, 2008

Nisrina


Nisrin sudah mulai cerewet sekarang. Awalnya kami sempat khawatir, karena belum genap 2 tahun dia tinggal di 3 tempat yang berbeda, dan tentu saja dengan bahasa yang berbeda. Sehari2 dia mendengar 4 bahasa: jawa (saya dengan ayahnya), indonesia, inggris, dan spanyol (sekarang). Bahkan sebelumnya dia juga mendengar bahasa arab ketika kita di abu dhabi. Jadi perkembangan bicaranya agak terlambat dibanding Wisang yang sudah mengucapkan kata pertamanya (lampu), waktu dia 7 bulan. Tapi alhamdulillah, kemampuan berbicaranya berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Dan karena dia mendengar bahasa yang berbeda2, bahasanya pun jadi campur. Misalnya kadang dia jawab ya, kadang yes, kadang si.

Tapi dia paham lho, siapa2 teman kami yang tidak paham bahasa indonesia. Akhirnya dia menciptakan bahasa khusus untuk mereka, yang tak satupun dari kami mengerti artinya. Karena bunyinya kurang lebih begini:klklklkklkbbnbnb....yes atau klklklklbbbdklkld...si? Hehehehe....

Itu 1 bulan yang lalu. Sekarang dia paham beberapa kata dalam bahasa inggris dan spanyol. Seperti mira! (spanyol), look!, esto no?, this, it's me, thank you, gracias, adios, bye, cau, dan beberapa kata lain. Jadi ketika bertemu teman2 kami yang bukan indo bahasa karangannya ditambah dengan beberapa kosa kata baru itu tadi. Lumayan, sudah berkembang...hehehe...
Oh ya, sekarang dia juga mulai tertarik pada make up, karena ngeliat ibunya kali ya.... Dan jadilah make up ibu yang jadi korban eksplorasinya. Tercatat sudah ada beberapa lipstik , eye shadow dan pensil2 yang tak layak pakai berkat kreasinya :(. Favoritnya adalah lip moisturizer rasa melon yang selalu dia minta untuk dioleskan ke bibirnya sebelum berangkat pergi. Dia juga sudah bisa menentukan pilihan sendiri ketika kita membeli atau memakai sesuatu. Barang favoritnya adalah semua yang bertema princesa (tipikal cewek banget yaa???hehehe). Dan baju favoritnya saat ini adalah kaos putih dengan gambar beberapa kucing dalam berbagai corak dan pose. Baju itu disebutnya baju miaw......

Friday, October 24, 2008

Setelah 6 bulan di Buenos Aires....

Sudah hampir 6 bulan kami tinggal di Buenos Aires, Argentina. Dan kami menikmatinya. Wisang pun sudah mulai sekolah sejak 1 Agustus yang lalu. Dan hari ini adalah parents conferenfe day di sekolah Wisang, pertemuan kami dengan guru-guru Wisang di sekolah untuk membahas progress report Wisang selama 1st quarternya di sekolah. Disini, Wisang kami masukkan ke american school, Lincoln school namanya. Jaraknya sekitar setengah jam naik mobil (kalo tanpa macet) dari rumah kami. Cukup jauh memang, karena letak rumah kami yang di tengah kota dan sekolah Wisang yang di pinggir kota. Tapi karena kami langsung suka dengan sekolah ini ketika pertama kali berkunjung ke sana, jadi kami tetap memutuskan mengirim Wisang ke sekolah ini.
Awalnya cukup berat buat kami, karena saya tidak bisa nyetir sementara setiap hari harus mengantar Wisang ke sekolah pagi-pagi yang berlawanan arah dengan kantor ayah dan tentu saja harus membawa serta Nisrina. Akhirnya kami menggunakan jasa remis (semacam taksi pribadi) setiap hari. Dan tidak seperti ongkos taksi yang murah di Abu Dhabi, disini ongkos taksi mahal. Tapi karena tidak ada piliihan jadi seterusnya kami memakai jasa ini.
Alhamdulillah bulan September Wisang sudah bisa naik bis sekolah, karena kami pikir dia sudah cukup mengenal sekolahnya dan cukup berani untuk berangkat sendiri tanpa saya ke sekolah. Awalnya dia memang selalu memohon untuk naik remis bersama saya seperti sebelumnya tapi akhirnya dia mengerti. Ternyata naik bis setiap pagi cukup membantunya untuk mengimprove social skillnya, bergaul dengan teman2 yang lebih besar di dalam bis sekolah dan juga kemampuannya berbahasa spanish dan inggris. Sayangnya bis sekolah hanya bisa melayani Wisang di pagi hari, jadi saya tetap harus menjemput Wisang ke sekolah bersama Nisrin, dengan remis tentu saja, setiap siang. Karena bis sekolah baru mulai start jam 3.30 sore sementara kelas Wisang di Kinder 4 selesai jam 2 siang.
Tetapi ternyata menjemput Wisang ke sekolah sangat menyenangkan. Karena saya jadi bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak ibu lainnya yang juga menjemput anak mereka, yang berasal dari negara2 yang berbeda. Begitu juga untuk Nisrin, karena disana banyak ibu2 lain yang juga membawa anak2 yang lebih kecil, sehingga mereka bisa bermain bersama (meskipun mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda! Imagine that!). Dan akhirnya saya pun menemukan teman2 yang menyenangkan, bahkan kadang-kadang kami menghabiskan waktu dengan makan siang bersama. Dan kadang kami juga saling mengundang anak2 untuk bermain bersama di rumah.
Well, kembali ke parents conference. Hari ini saya benar-benar terharu. Kalau saja tidak malu, mungkin saya sudah menangis di depan guru-guru Wisang yang saya temui hari ini. Di sekolah Wisang memiliki beberapa guru. Guru di kelasnya (Ms Gimena dan Ms Macky, guru spanish, gym, art dan music). Karena antrian yang panjang akhirnya saya hanya bisa bertemu dengan guru di kelasnya dan guru spanish. Setelah mendengar cerita mereka tentang bagaimana Wisang di kelas, saya benar2 takjub. Ah, ternyata Wisang benar-benar membanggakan. Awalnya dia hampir tidak berbicara bahasa inggris apalagi spanish, tapi sekarang kemampuannya benar2 membanggakan. Selain itu, gurunya bercerita bahwa dia anak yang selalu haus dan antusias untuk belajar. Di awal sekolah, seorang ibu teman Wisang (Luis namanya, orang Portugis), bahkan mengucapkan pujian dan terima kasihnya karena Wisang selalu membantu Luis mengatasi masalah adaptasinya bersama teman2nya dan tidak mau berpisah dengan ibunya.
Ah, menjadi ibu benar-benar suatu anugrah, apalagi ketika mendengar berita baik tentang anaknya....

Sunday, January 6, 2008

Wisang masuk sekolah

Hari ini, tanggal 6 January 2008 jam 8.30 waktu Abu Dhabi, adalah saat pertama Wisang, pangeran kami, masuk sekolah, lebih tepatnya Play Group karena usianya baru 3 tahun 3 bulan dan 13 hari. Untuk sekolah ini, Wisang kami masukkan ke Edu Scan di Abu Dhabi, jaraknya satu blok dari tempat tinggal kami.

Tidak ada anak yang langsung bersemangat ketika pertama masuk sekolah termasuk Wisang. Bahkan ketika masuk perguruan tinggipun sebagian besar orang termasuk saya, akan canggung, takut sendiri dan salah tingkah.

Ketika Wisang harus masuk kelas dan diperkenalkan ke teman-temannya, ibunya tidak boleh ikut, bahkan untuk mengintip saja. Akibatnya Wisang langsung nangis ketika mesti berpisah sama ibunya untuk memulai sekolah. Selama ini, dia hampir tidak pernah lepas dari ibunya, bahkan setelah ada Nisrin pun. Pernah sebentar ketika hari-hari pertama kami menempati tempat tinggal kami di Khalidiya, wisang mencoba tidur sendiri dikamarnya dengan tujuan biar belajar mandiri. Tapi kemudian kami merasa ada sesuatu yang kurang serta sepi dan membawanya tidur bareng lagi. Memang mengajari tidur terpisah dari orang tua mungkin bisa membantu kemandirian seorang anak, tapi itu bukan hal mutlak untuk mendidik anak mandiri.

Wisang anak yang ceria, banyak bertanya dan omongnya juga sangat banyak dan juga suka usil. Dia anak yang cerdas dan sangat bersemangat kalau melihat sesuatu, apalagi yang baru. Tidak terlalu sulit dan tidak terlalu lama buat kami untuk mengajarkan segala sesuatu. Dia mudah beradaptasi dan mudah sekali berteman dengan orang lain. Keberanian dia untuk menirukan bahasa lain selain bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pertamanya, banyak membantunya dalam mempelajari bahasa lain seperti bahasa Jawa yang dipakai ayah ibunya setiap hari dan bahasa Inggris yang dia dengarkan di film-film anak-anak, terutama film Thomas&Friends dan The Cars favoritnya. Memang sudah sepatutnya kita sebagai orang tua untuk menjauhkan diri dari sikap menyalahkan anak selama proses belajar berjalan karena hanya akan membuat kecil hatinya. Sebaliknya, membetulkannya dengan cara terlibat langsung seperti ikut bernyanyi dengan lafal yang benar, akan membantu anak untuk mengingat yang benar.

Wisang anak yang mandiri. Berapa lama dia tidak punya teman bermain sebaya disekitarnya? Cukup lama wisang bermain-main sendiri dan bisa menghibur dirinya sendiri dengan baik. Tentunya kami juga sebanyak mungkin menghabiskan waktu untuk menemaninya. Sekarang, adiknya sudah bisa diajak untuk bermain-main sehingga Wisang sudah punya teman. Dia juga kami ajarkan untuk menghormati dan menyangi adiknya. Mainan yang lagi dipakai adiknya tidak boleh dia ambil sebagai cara mengajari dia untuk menghormati adiknya.

Kami mengajari Wisang mandiri dengan cara memberinya tanggung jawab. Dia harus sebisa mungkin membereskan mainannya ketika selesai. Dia harus menaruh pakaian kotornya ditempat cucian, dia harus memasukkan dan merapikan kembali sepatu dan sandal yang telah dipakai. Bahkan sekarang ini dia memilih untuk menyikat giginya sendiri, memilih serta memakai pakaiannya sendiri.

Kami mendidiknya dengan fleksibel, penuh cinta kasih dan bertanggungjawab. Ada kalanya dia harus dijewer kalau hal-hal prinsip dilanggarnya seperti masalah sopan-santun dan tidak serius ketika belajar. Kami membiarkan dia berbuat apa saja asal tidak membahayakan dirinya dan orang lain dan tidak melanggar norma-norma sopan santun dan agama. Kami tidak akan menuruti permintaannya ketika dia memintanya dalam keadaan emosi atau menangis.

Tiap habis sholat, kami selalu berdoa semoga dia dan adiknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan bisa menjadi penerang dan pemimpin orang yang beriman seperti doa yang dianjurkan dalam Al-Quran.

Tak terasa, Wisang sudah berinjak dari usia bayi menjadi anak-anak. Kami bangga padamu Wisang.

AUH-6Jan2008

Karakter yang baik

Pagi ini, ada teman sekantor yang kebetulan adalah orang lokal yang baru balik dari ibadah haji. Dia cerita bagaimana menakjubkannya selama disana. Kebetulan yang diceritakan adalah mengenai takjubnya dia melihat lebih dua juta orang ditempat yang sama, bukan takjub pada ibadahnya itu sendiri.

Ada satu hal yang mengusik perhatian saya. Ketika teman satu ruangan menanyakan bagaimana selama disana, dia menyebutkan bahwa selama disana segala sesuatu berjalan relatif lancar. Tapi karena jamaah haji berasal dari berbagai latarbelakang, masih banyak jamaah yang susah diatur terutama yang latar belakang pendidikannya rendah dan orang-orang dari dunia ketiga, imbuhnya. Ketika menyatakan hal itu, ada suatu sorot mata yang sepertinya menahan rasa tidak enak sama saya. Mungkin dia lupa sebelumnya kalau saya dari Negara yang dikategorikan dunia ketiga ini. Sebuah kategorisasi yang sangat arogan dan tidak manusiawi.

Kali ini saya tidak tertarik merenungkan masalah kategorisasi dunia ketiga ini. Tapi ada hal yang sangat mendasar yang menjadi syarat mabrurnya ibadah haji, yaitu perasaan dan hati yang bersih dan ihlas selama ibadah haji berlangsung, yang telah telah dilanggar. Dengan menyebutkan bahwa orang-orang dari dunia ketiga tadi susah diatur, menurut saya, syarat mendasar tadi tidak terpenuhi. Syarat ini memang sangat mudah diucapkan dan dipahami, sangat sederhana tapi sangat sulit untuk diterapkan. Hanya orang dengan ahlak yang baik yang bisa menerapkannya.

Kebetulan beberapa jumat yang lalu, khatib favorit di salah satu masjid di Al Khalidiya, yang dari logat bahasanya seperti berasal dari Amerika Utara mengupas masalah karakter mulia ini. Pada saat itu pula saya pertama kali memahami apa maksud dari kata ahlak yang sering kita dengar. Ahlak yang merupakan bahasa arab, diterjemahkan dengan pas sebagai karakter.

Untuk mencapai suatu tahapan karakter yang baik, seperti yang dicontohkan dan diajarkan Rasululloh SAW, memerlukan suatu proses yang tidak pernah henti. Dibutuhkan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai kualitas karakter atau ahlak yang baik. Karakter yang baik tidak datang begitu saja seperti sebuah hadiah, namun harus diusahakan dan dipelajari yang kemudian akan tercerminkan dengan sendirinya dalam tigkah laku kita. Bukankah Rasululloh SAW ini tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan karakter manusia ini?

Sebuah syarat yang sangat sederhana, tapi membutuhkan usaha seumur hidup untuk mencapainya. Tak heran hanya segelintir orang-orang yang hajinya mabrur dan tak heran pula imbalan haji mabrur begitu tingginya. Mungkin orang yang sudah mencapai kualitas karakter yang baik tidak akan pernah menulis uneg-uneg seperti ini....

MSU/AUH/6Jan08