Pages

My Blog List

Tuesday, February 17, 2009

Becoming Parents


Menjadi orang tua memang bukan perkara mudah. Banyak hal yang perlu dilakukan selain mencukupi anak2 dengan kebutuhan-kebutuhannya yang kita pikir memang mereka butuhkan. Tetapi yang paling penting adalah mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa-masa selanjutnya. Saya dan suami tentu saja sangat menyadarinya, jadi kami sudah banyak berbicara tentang anak bahkan sejak kami belum menikah. Dan terus kami bicarakan setiap ada momen, momen kehamilan, momen kelahiran, awal masuk sekolah dll. Karena saya ingin kami punya visi yang sama terutama tentang anak. Bagaimanapun satu hal penting menjadi orang tua adalah kekompakan dan visi yang sama untuk menjaga konsistensi sikap yang kita miliki terhadap anak-anak kita.

Saya teringat ketika mendampingi seorang dosen saya yang mengkonseling satu pasangan ortu yang anaknya bermasalah. Beliau bertanya pada si ortu tentang konsep mereka sebagai orang tua (saya terdiam, wah kalo saya ditanya bingung jg tuh, konsep gmn ya maksudnya). Si ortu bengong, kaget malah kelihatannya, trus jawabnya juga agak tergagap, nggak siap ditanya begitu kelihatannya. Dan saya lupa apa jawaban si ortu. Tapi momen ini membuat saya berpikir. Wah, suatu hari saya akan menjadi ibu, ibu yang bagaimanakah saya?

Momen lain adalah ketika saya dan sahabat-sahabat jaman kuliah saya menghabiskan sore sehabis hujan di sebuah warung ayam goreng di pinggir selokan dekat kampus. Waktu itu sudah menjelang akhir kuliah, sudah jarang ke kampus. Seperti biasa sambil makan kami berbicara seputar teman, kampus, dan tentu saja masa depan, karena kami sudah hampir lulus waktu itu (kecuali saya, yang lulus paling lama, hahaha....). Pembicaraan menjadi serius setelah kami selesai makan. Topik utamanya adalah menjadi ibu dan kami menebak satu sama lain akan menjadi ibu yang seperti apakah si A, B, C dst. Ketika sampai pada giliran saya mereka malah terdiam. Salah satu dari mereka bilang,"Wah, aku nggak bisa menebak akan jadi ibu seperti apa ya si Loubna." Lalu teman yang lain bertanya," Memangnya dalam bayanganmu, kamu akan jadi ibu seperti apa Loub?"

Saya juga terdiam. Teman-teman saya pun tak bisa menebak, apalagi saya....habis masih jauh, pikir saya waktu itu. Padahal kami sudah saling mengenal satu sama lain selama hampir 4 tahun. Parahnya saya bisa menebak dan membayangkan setiap teman yang hadir waktu itu, akan jadi ibu seperti apa. Si A yang tegas, si B yang kompromis, si C yang cerewet, hehehe.....tapi saya bingung membayangkan tentang sosok ibu untuk saya sendiri. Saya juga lupa jawaban saya waktu itu, dan toh saya pikir saya menikah masih lama. Saya ingin bekerja. Tapi ternyata saya termasuk yang paling cepat menikah diantara kami. Dan langsung menjadi ibu, karena 2 bulan setelah menikah saya positif hamil, hahaha.... Memang kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi besok....

Momen terakhir adalah ketika saya ngumpul-ngumpul dengan beberapa teman weekend kemarin. Seperti biasa kalo ibu-ibu ngumpul hal yang hangat dibicarakan adalah anak-anak. Sekalipun anak-anak kami berbeda usia tapi tak jadi masalah. Salah satu teman saya bercerita tentang anaknya yang baru saja mendapat award best student semester kemarin. Dan mereka diundang ke sekolah, menjadi tamu kehormatan, dsb, dsb. Wah, tentu sangat membanggakan mejadi orang tua dari anak-anak berprestasi. Saya ingat, teman saya ini juga bercerita, setiap anaknya bertanya ibu ingin aku jadi apa, teman saya akan menjawab, whatever you wanna be, but I want you do the best and be the best in whatever you choose.

Saya kemudian berpikir (untuk ke sekian puluh kalinya), apakah saya juga ingin melakukan hal yang sama terhadap anak saya, menekankan anak saya untuk selalu berprestasi dan menjadi yang terbaik? Saya tidak memungkiri, orang tua mana yang tidak akan bangga akan anak yang berprestasi?

Lalu saya pun berbicara dengan suami saya. Kami memang sudah punya prinsip2 tentang pendidikan bagi anak kami, tetapi cerita teman saya menggelitik saya sekali lagi tentang bagaimana sudut pandang suami saya. Pendidikan agama dan moral, itu yang terpenting bagi kami. Dan ini berusaha kami penuhi di rumah, karena kami tinggal di negara non muslim dan kami tidak bisa mengandalkan orang lain disini, tidak seperti di Indonesia yang penuh dengan mesjid dan TPQ.

Salah satu hal yang membekas dari kata-kata suami saya adalah, lha kalo nggak bisa nomer satu trus gimana (tentu saja suami saya menjawabnya dengan bahasa jawanya yang khas, bukan bhs indo, aplg inggris...hehehe). Cepet bersinar, cepet pudar.

Well, saya jd teringat juga tentang cerita Goleman (emotional intelligence) bahwa riset menunjukkan anak2 yang berprestasi di awal-awal pendidikan mereka justru menjadi biasa saja di masa depan mereka. Justru anak-anak yang biasa-biasa saja malah menjadi cemerlang dan berhasil. Lalu saya juga teringat sebuah talk show para penerima hadiah nobel fisika. Ketika ditanya tentang masa apa yang menurut mereka paling krusial mengantarkan keberhasilan mereka, mereka jawab, masa di perguruan tinggi. Saya juga jadi teringat tentang Thomas Edison yang dikeluarkan dari sekolahnya karena terlalu bodoh.

Tapi tentu saja tidak semua anak adalah anak yang jenius seperti Bill Gates, atau Thomas Edison, atau bahkan Mark Zuckerberg yan tetap sukses meskipun drop out. Dan tidak semua ibu bisa menjadi seperti Nancy Edison yang sukses mengajar anaknya di rumah.

Bagi saya, anak-anak saya bagaimanapun akan tetap istimewa. Karena mereka lah yang dipilihkan dan dipercayakan Tuhan kepada saya. Yang terpenting adalah berusaha memastikan bahwa mereka menjadi manusia yang bahagia. Dan seperti layang-layang, kami tidak akan menariknya terlalu kencang agar tak terbang jauh dari kami atau terlalu kendor sehingga mereka jatuh dan tersuruk di tanah.

6 comments:

Irma Anintya said...

ahhhhh loub, gw jg ga tau bakalan jd ibu ky apa? dulu siy defend nya, ya gw nyari suami yang bs jd imam dan punya konsep yg jelas *ya, klo ternyata agk ga sesuai, tinggal ngeyel dikit..mudah2an bisa sesuai huehuehueheu*
but then, gw lupa gw baca dimana...how can u expect someone is better for u if you cannot be better for anyone else ...wuihhh itu bletak banget...
jadi mudah-mudahan gw nanti punya suami yang bisa diajak diskusi juga hehehe..bukan suami yang menyerahkan sepenuhnya urusan anak kepada istrinya...aminnn...

*curcol huehueheueh*

btw...iyahhhhh....dirimu yang duluan menikah...hihihi...inget gw pas ully bilang lu mau nikah apa sudah nikah, gw lupa..
eniwei...
selamat menikmati menjadi orang tua..semoga gw bisa menyusul secepatnya..

Ully said...

Irma comment: semoga gw bisa menyusul secepatnya?

Ully comment: what?? are you kidding?

Irma Anintya said...

wooo ully...lu niy mestinya komen ke postingannya loubna...bukan ke komen gw...

iya ul, travel plan yg ada di blog lu itu...mestinya masukin ke indo juga *wink wink*

amin amin amin amin amin...

Ully said...

yah...bagaimana ya...hmmm maaf tidak seperti kalian berdua. Saya mah sudah pasti akan jadi ibu yang baik bagi anak-anak saya kelak...



HHAAAHAHAHAHAHHAHAHAAHAHHA

Gondok ngga sih!!

Irma Anintya said...

nngggguuuoooonnndddddooookkkkkkkkkkkk tenan...
*tapi tampak lebay yah?*

sebel ih *eh klo yg ini kok tampak seperti komennya siapa gt di wall gw..hmmmm*


*hihihihihi...*

Irma Anintya said...

Ully Hossu said...
Saya mah sudah pasti akan jadi ibu yang baik bagi anak-anak saya kelak...
<<<<<<
ul...ayo buktikan omongan lu inih...huh..

*menabuh genderang perang*